50% jenis pekerjaan akan berubah karena pekerjaan rutin manusia digantikan oleh kecerdasan buatan. World Economy Forum – WEF, menekankan bila tidak ingin kalah bersaing, maka sangat penting untuk meningkatkan kompetensi yang dimiliki (upskilling) atau bahkan merubah kompetensi (reskilling).
Selanjutnya dalam laporannya “The Future of Jobs Report 2018”, disebutkan muncul dan berkembangnya peran baru dalam pekerjaan, salah satunya DIGITAL TRANSFORMATION specialist, disamping peran-peran lainnya.
Tantangan Revolusi Industri 4.0
Making Indonesia 4.0 adalah sebuah roadmap dari Kementerian
Perindustrian untuk menjawab tantangan Revolusi Industri 4.0. Target
yang akan dicapai dari roadmap ini adalah melipatgandakan produktivitas
tenaga kerja sehingga mendorong daya saing Indonesia di tingkat global,
sehingga Indonesia dapat diperhitungkan dalam 10 besar kekuatan ekonomi
dunia pada tahun 2030.
Revolusi Industri 4.0 merupakan lompatan besar pemanfaatan teknologi
informasi dan komunikasi di seluruh rantai nilai industri sehingga
memunculkan model bisnis baru dengan berbasiskan teknologi digital.
Selamat datang Industry 4.0 dimana kecerdasan manusia diimitasi dalam
bentuk artificial intelligence (AI). Di era ini terjadi human-machine-cooperation,
yaitu kondisi dimana mesin diberikan kemampuan untuk menggantikan
pekerjaan rutin manusia seperti dalam melakukan kegiatan administrasi di
bank, mengontrol seluruh proses produksi di pabrik, atau bahkan sampai
melakukan peramalan berapa jumlah persediaan minimal yang harus dimiliki
oleh suatu restoran bila akan menghadapi long weekend. Bahkan AI mampu
memberikan opini apa yang sebaiknya atau seharusnya dilakukan oleh
seorang pegawai. Dalam derajat tertentu, bahkan opini yang dihasilkan
oleh AI lebih baik karena tidak ada unsur subjektivitas dan AI dapat
bekerja secara konsisten 24 jam 7 hari dalam seminggu tanpa istirahat.
Industry 4.0 ini membawa peluang dan juga tantangan. Muncul berbagai
peran baru dalam pekerjaan, yang belum terpikir sebelumnya. Go-Jek,
Traveloka, Tokopedia, dan Bukalapak adalah contoh perusahaan yang belum
berumur 10 tahun (start-up) tetapi sudah memiliki nilai bisnis minimal
USD 1 miliar (Unicorn), adalah contoh dari munculnya ide dan
model bisnis yang dipengaruhi oleh perubahan teknologi dan mempengaruhi
perubahan gaya hidup konsumen. Mengutip laman StartupRanking.com
Indonesia menempati ranking ke-5 dengan jumlah start-up sebanyak 2044,
setelah Amerika, India, Inggris, dan Kanada. Lima besar start-up
Indonesia seperti Bukalapak, Blibli, Traveloka, Zalora Indonesia, dan
Zenius Education.
Kompetensi yang dibutuhkan dalam menghadapi Industry 4.0
Kegagalan dalam meraih peluang Industry 4.0 seringkali terjadi ketika
pelaku bisnis hanya fokus pada unsur teknologi, tanpa memperhatikan
prinsip utama dan karakteristik bisnis yang dijalani. Sebagai contoh,
seringkali dalam membicarakan digital marketing, pelaku bisnis langsung
fokus dengan bagaimana mengimplementasikan Search Engine Marketing,
Search Engine Optimization, dst. Padahal ada hal utama yang harus
dianalisa terlebih dahulu, yaitu memahami kebutuhan dari konsumen dan
karakteristik konsumen yang menjadi target. Dengan pemahaman ini maka
pelaku bisnis dapat membuat ide unik yang tepat dan merubah strategi
bisnisnya agar ide tersebut dapat terlaksana. Digital marketing hanyalah
perpanjangan dari konsep marketing yang matang. Secara umum kompetensi
yang diperlukan untuk menjawab tantangan itu diantaranya kreatifitas, analytical thinking dan innovation,
active learning dan learning strategy, complex problem solving,
leadership and social influence, emotional intelligence, critical
thinking and analysis, and system analyst and evaluation.
Profil lulusan Program Bisnis Digital
Adanya tantangan Revolusi Industri 4.0, mengantisipasi Making
Indonesia 4.0, serta perkembangan dunia secara global, maka Program
Studi Ilmu Administrasi Bisnis, Universitas Katolik Parahyangan,
menawarkan sebuah inovasi melalui program BISNIS DIGITAL.
Untuk mencapai operational excellence, dilakukan beberapa
kerjasama dengan berbagai organisasi sertifikasi internasional seperti
Hobart Technology dari Australia dan European-Asian Management Institute
dari Belanda, agar kurikulum dan proses pembelajaran dapat sesuai
dengan kebutuhan di dunia nyata.
Adapun profil lulusan program BISNIS DIGITAL adalah menjadi seorang
yang kompeten melakukan DIGITAL TRANSFORMATION, yang meliputi beberapa
kemampuan berikut:
- Kemampuan berpikir logis, kritis, reflektif, dan kreatif, atau juga dikenal sebagai Higher Order Thinking untuk menganalisis inovasi dalam teknologi dan perubahan aspek eksternal lainnya seperti sosial, budaya, ekonomi, gaya hidup, dan seterusnya. Dengan skill ini, peserta didik akan terbiasa untuk merumuskan apa yang menjadi kunci dari keberhasilan suatu ide bisnis.
- Kemampuan untuk menganalisis dan merumuskan perubahan strategi manajemen (pemasaran, penjualan, operasional, layanan pelanggan, dstnya) yang harus dilakukan agar dapat mewujudkan ide dan model bisnis yang dirumuskan. Kemudian bagaimana strategi manajemen sumber daya manusia yang harus dimiliki dan pemanfaatan sistem informasi, seperti Business Intelligence, yang harus dimiliki agar bisa mewujudkan ide dan model bisnis tersebut. Sebagai contoh: perusahaan membuat customer knowledge untuk mengklasifikasikan pelanggan dan mendapatkan profil pelanggan yang tepat.
- Pemahaman teknologi tepat guna untuk mengoptimalkan strategi yang sudah dirumuskan. Prinsip utama dari inovasi teknologi perlu dipahami agar dapat mengoptimalkan teknologi tersebut. Sebagai contoh: bagaimana Customer Relationship Management dapat mengolah pengalaman pelanggan yang luar biasa, dengan mencatat dan mengolah perilaku dan preferensi pelanggan tersebut sehingga berikutnya perusahaan dapat menawarkan barang yang tepat di waktu yang tepat dengan cara yang sesuai dengan preferensi pelanggan tersebut.
Proses pembelajaran selain dilakukan di kelas dengan berbagai kasus
nyata yang dipergunakan agar peserta didik dapat memperoleh gambaran
mengenai apa yang terjadi dan menduga strategi dari perusahaan tersebut.
Juga dilakukan seminar oleh pelaku/ahli bisnis digital. Sertifikasi
kompetensi internasional diberikan pada peserta yang ingin bersaing
ditingkat global.
Dengan kemampuan dan proses pembelajaran yang dilakukan ini maka lulusan dapat membangun usahanya sendiri (start-up)
ataupun bekerja di perusahaan dan berkontribusi dalam digital
transformation (perubahan bisnis yang berdasarkan pada pemanfaatan
teknologi digital).
Kontributor: Agus Gunawan, Ph.D., Yoke Pribadi, M.Si., Angela Caroline, M.M., Gandhi Pawitan, Ph.D., Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis, Universitas Katolik Parahyangan.
Sumber: Pikiran Rakyat (Kamis, 21 Februari 2019)